NASEHAT BAGI SAUDARIKU YANG SEDANG DALAM MASA PENANTIAN

Dibawah ini adalah beberapa nasehat bagi saudariku yang sedang dalam masa
"penantian".

Nasehat 1
Wanita Seteguh Ibunda Asiyah
Seorang wanita baik-baik, ia sholehah dan penurut kepada orang tuanya, sebut saja namanya Husna. Diusianya yang kedua puluh ia dijodohkan dengan seorang pemuda putra Kiyai terpandang,saat berta’aruf pemuda itu ucapnya santun berkilau, lakunya baik gemilau.
Pemuda itu membuat Husna dengan kerelaan hati menerima
nya sebagai pelabuhan cinta. Sebagai suami

Namun sebulan setahun perjalanan kisah kasih mereka mulai terombang ambing badai kebohongan, ternyata sang suami tak sesantun saat pertama menyapa, tak sebaik saat pertama berjumpa. Ia perlihatkan sifat aslinya
yang kasar, anak seorang Kiyai tidak berarti menjadikan lelaki itu soleh, suami Husna sering keluar malam pulang pagi, tidur siang bangun senja.

Sungguh bathin dan raga Husna bagai tertusuk-tusuk panah yang tak henti menghunus. Ia tak kuasa menceraikan sang suami karena malu terhadap orang tua dan masyarakat. Husna dan suaminya dipandang sebagai keluarga
baik, padahal didalam rumah Husna terpenjara kebohongan sang suami yang bertubi-tubi melukai.

“Ya Allah, Aku sudah berusaha mencari suami yang soleh menurut penglihatan mataku, menurut pendengaran
telingaku, dan menurut perasaan batinku, tetapi mengapa ? Mengapa engkau jodohkan aku dengan lelaki yang jangankan membahagia
kanku, menyapaku dengan senyum pun ia tiada mau. Ya Allah, adakah yang salah dengan hamba-Mu ini ?”, lirih Husna dalam hampar
sajadah berteman air mata.

Kisah diatas mungkin teralami juga oleh sebagian orang, maka jelas jodoh adalah sebuah “misteri”, orang yang sedang
disampingmu belum tentu menjadi jodoh sejatimu, suami atau istrimu belum tentu jodoh abadimu. Maka sederet kehidupan tetaplah akan tertimbun longsor segumpal serintik batu ujian.

Pasangan yang baik bisa jadi ujian, pasangan yang buruk bisa jadi kenikmatan. Tergantung bagaimana iman berperan didalamnya.
Mungkin lisanmu akan berucap “Aduh so sweeeeeet” saat membaca romansa cinta antara Muhammad dan Khodijah,
antara Fatimah dan Ali, atau antara Ibrahim dan Hajar. Mereka berpasangan dengan kekasih yang sama-sama mulia
hingga dramanya mensenyumi dunia, hingga kisahnya sampai kesyurga. Tapi bagaimana jika didunia ini kita berdamping berpasang, berpeluk berdekap, dengan pasangan yang keji
lagi jahat ?, seperti kisah Husna diatas ?

Mari sejenak menengok rumah seorang Asiyah, drama percintaannya dibumbui dengan asamnya ujian. Yang seharus
nya kekasih semadu secinta menjadi kereta menuju syurga Illahi , akan tetapi kebebalan sang suami membuat mereka
terpisah, Asiyah pergi ketaman taqwa, suaminya pergi kegurun dosa. Itulah, Asiyah memang solehah, tetapi Allah uji dengan menyandingkan raganya
bersama makhluk terlaknat yang sudah tervonis masuk kepenjara neraka, Fir’aun.
Namun meski demikian, Asiyah tetap memegang iman dalam kepalan yang sulit terlepas, ia menjalani mahligai kasih bukan “dengan siapa”, tetapi
“karena siapa”. Jadi siapapun
pendamping hidup, mau baik mau jahat, mau santun mau kasar, mau soleh mau bebal. Jika semuanya terjalani karena
Allah maka insya Allah. Hadiah bernama syurga akan diberikan atas prestasinya mengalahkan keputus asaan dengan
kesabaran.

“Bangunkan untukku rumah disisi-MU, disyurga terjanji itu”, itulah sebait do’a pamungkas seorang Asiyah dengan
keyakinan melangit. Bahwa asam kesabaran akan terbalas manis kenikmatan. Dan sungguh tiada cicipan paling nikmat selain ridho Allah yang
bersanding dengan hidangan lezat bernama Syurga. Asiyah pun bertemu jodoh abadinya disyurga kelak. Insya Allah.

Maka resapilah, Jodoh itu sudah tertulis, tidak akan tertukar, yang kemudian
menjadi ujian bagi kita adalah
bagaimana cara menjemputnya, jika caramu seperti Fatimah, insya allah jodohmu seperti Ali, jika caramu seperti Ummu Jamil, jodohmu bisa seperti Abu
Lahab. Tapi jodoh jua adalah taqdir, seperti Asiyah yang ditaqdirkan berjodohdengan Fir'aun, namun karena hidupnya
karena Allah, ia tetap mulia dan
berjodoh dengan penghuni Syurga, sekalipun suaminya terlaknat

Jadi intinya... yang terpenting bukan dengan siapa kita berjodoh, tapi karena siapa kita berjodoh, beda cara beda rasa
dalam cinta, dan tentu beda keberkahan, jika caranya baik... bersiaplah ! Syurga merindukan
mu. Duhai kaum hawa yang semoga tetesan keteguhan Asiyah merintik digersangnya
hidupmu, mengertilah bahwa
penderitaan seorang wanita bukan dimulai dari rahim siapa ia dilahirkan, tetapi penderitaan seorang wanita dimulai saat ia salah memilih pendamping. Jika sudah terlanjur salah
memilih pendamping maka perankan Asiyah dalam lika-liku rumah tanggamu.

Lalu jika kebersamaan itu tetap
mengguyur derita yang tak pernah reda, boleh curhatkan kepengadilan agama.
Jika ketuk palu berbicara untuk bercerai,bercerailah !, Engkau tetaplah manusia, engkau berhak untuk bahagia.
Perceraian adalah cara halal yang dibenci Allah, namun jika itu terpaksa terjadi maka akhiri seperti berakhirnya hujan. Walau rintikannya reda tetapi
hujan selalu meninggalkan pelangi setelah kepergiaannya.

Mari berdoa, semoga jodoh kita seindah senyuman. Semoga tak ada perceraian dalam berai kehinaan, semoga tidak ada
derita dalam pukulan
kebohongan. Semoga jodoh kita adalah jodoh dunia Akhirat, seutuhnya, sepenuhnya. Aamiin.
Oleh: Abdullah Izzuddin

Nasehat 2
Semoga kita bisa menjalani mahligai kasih bukan “dengan siapa”, tetapi “karena siapa”.
Jadi siapapun pendamping hidup, maubaik mau jahat, mau santun mau kasar, mau soleh mau bebal. Jika semuanya
terjalani karena Allah maka insya Allah. Hadiah bernama syurga akan diberikan atas prestasinya mengalahkan keputus asaan dengan kesabaran. Jadi intinya... yang terpenting bukan dengan siapa kita berjodoh, tapi karena
siapa kita berjodoh, beda cara beda rasa dalam cinta, dan tentu beda keberkahan,
jika caranya baik... bersiaplah ! Syurga merindukanmu
Oleh: Herlina Ummu Raqil

Nasehat 3
Faidah dari perkataan itu BUKAN "lebih baik tidak menikah" misalnya ...
Namun Faidahnya adalah:
➡ Bersabar dalam menanti "rizqi" dari Allah.
➡ Tidak berputus asa, karena Allah akan memberikan rizqinya masing- masing.
➡ Menjaga diri selama dalam masa penantian (jangan terjerumus kepada "pacaran").
➡Jika ada yang datang melamar, lihat agama & akhlaqnya, bukan hanya sekedar "yang penting laku" (maaf).
➡ Bersabar menanti calon
pendamping hidup yang shalih,
daripada "asal-asalan" menerima orang yang rusak agama & akhlaqnya.

Oleh: Arfah Ummu Faynan

Diposting oleh Abu Jundi — Rabu, 02 Desember 2015

Belum ada komentar untuk "NASEHAT BAGI SAUDARIKU YANG SEDANG DALAM MASA PENANTIAN"

Tambahkan komentar anda :

Silakan tulis Komentar anda ...

Arsip Blog

Info Lowongan Kerja Solo Raya 2012